Alkisah sepeninggal istrinya, di hari tuanya, sang master kini tinggal bersama putranya. Vonis penyakit yang dideritanya sebagai perokok berat, membuatnya menolak untuk menghadiri undangan muridnya, Bruce Lee ke Amerika. Namun, keinginannya untuk menyekolahkan anaknya di luar negeri, akhirnya memaksanya untuk terbang ke negeri Paman Sam untuk bertemu sang murid. Di sana, ia harus melihat kenyataan bahwa warga Cina sebagai minoritas ternyata mendapatkan perlakuan tak adil dari warga kulit putih. Sekali lagi, sang master menggunakan kemampuan bela dirinya untuk melawan musuh-musuhnya.
Director: Wilson Yip
Creator: Tai-lee Chan (screenplay), Hiroshi Fukazawa, Lai-Yin Leung (screenplay), Edmond Wong
Actors: Donnie Yen, Scott Adkins, Danny Kwok-Kwan Chan, Vanness Wu
Genres: Action | Biography | Drama | History
Apa yang mungkin terasa sedikit lucu tentang Ip Man 4: The Finale adalah bagaimana beberapa film Ip Man lain telah berurusan dengan tahun-tahun terakhir kehidupan sang pahlawan, setidaknya secara sepintas lalu, namun tidak satu pun dari mereka yang dapat saya ingat (dan saya) mungkin dengan terus terang menutup sesuatu pada saat ini) memasuki Ip yang seharusnya melakukan perjalanan ke San Francisco pada pertengahan tahun enam puluhan, yang mengarah ke sejumlah subplot yang melibatkan (setidaknya secara tangensial) Bruce Lee dan (lebih terpusat) Marinir.
Saya melakukan beberapa pencarian di Google sementara dalam persiapan untuk menulis ulasan ini, dan saya tentu saja tidak menemukan informasi yang berwenang yang menyatakan bahwa bagian dari pengaturan ini mungkin benar-benar terjadi, tetapi saya menemukan sedikit "informasi" yang menonjol dalam satu artikel, yang memiliki semacam kutipan lucu bahwa banyak film Ip Man berurusan dengan hal-hal yang "mungkin terjadi".
SPOILER ALERT !!!
Ip Man 4: The Final merupakan seri ke-4 semibiografi master Wing Chun, Ip Man yang kembali dibintangi aktor laga kawakan, Donnie Yen. Sejak rilis Ip Man (2008) lebih dari satu dekade lalu, telah disajikan kisah sosok sang master dari masa ke masa, dan kini adalah seri penutupnya. Seri keempat ini, seperti 3 seri sebelumnya, kembali diarahkan oleh Wilson Yip dengan bujet terhitung besar, yakni USD 52 juta.
Sejak film diputar, kami merasakan kejanggalan dari sosok sang aktor yang rasanya masih terlalu muda untuk memerankan sosok IP (Yip) tua. Dari seri ke seri, sosok sang aktor tidak terlihat perubahan yang siginifkan, hanya kini nampak sedikit uban di rambutnya yang tetap saja tidak membuatnya terlihat lebih tua. Ip dan Lee, lebih tampak seperti kakak adik ketimbang guru dan murid. Baiklah, untuk tujuan target penontonnya, detail kecil ini sebaiknya diabaikan saja. Lgaipula, ini juga bukan biografi murni.
Dilihat perbandingan dengan seri-seri sebelumnya, sisi manusiawi pemeran utama kini lebih banyak terlihat. Penonton diingatkan jika master wing chun tanpa tanding ini juga ternyata manusia biasa yang bisa sakit.
Dia ternyata juga masih egois memaksakan anaknya untuk bersekolah. Petualangan di akhir hidupnya dan fakta yang terjadi di negeri seberang ternyata kembali mengusik rasa keadilannya yang sekaligus membuatnya lebih bijak melihat dunia di masa kini.
Chemistry antara Ip dengan sang gadis remaja, Yonah, terasa begitu hangat meskipun hanya beberapa momen saja. Sesuatu yang tidak pernah ada jika dibandingjan dengan seri sebelumnya. Namun memang dalam banyak momen, sisi pelecehan terhadap kaum minoritas digambarkan sedikit berlebihan.
Dalam perkembangan cerita, namanya juga film action, beberapa bagian memang terasa sedikit memaksakan adegan berkelahi (seperti seri-seri sebelumnya), khususnya pada separuh akhir cerita. Satu segmen bahkan menampilkan aksi penuh. Tentu saja untuk penonton bukan motif kisahnya, berbeda ketika Ip memberi pelajaran teman-teman Yonah di sekolah.
Semua setelah separuh akhir adalah untuk penonton, banyak tidak logis memang, tapi bukannya tidak bisa dinikmati. Seperti sebelumnya, segmen aksi seri Ip Man adalah salah satu yang terbaik sejak seri Kung-Fu Master yang dibintangi Jet Li. Tetapi, dari semua koreografi aksi yang menawan dalam film ini, jujur saja, adegan adu tenaga dalam di meja makan bagi saya adalah yang terbaik.
Satu lagi yang bisa saya nikmati dalam film penutup ini adalah setting dan tone warna filmnya. Layaknya film-film produksi Hollywood mapan, film ini dengan begitu mengesankan mampu menggambarkan setting kota San Fransisco dan sekitarnya pada era 1960-an, baik eksteriror maupun interior. Meski terlihat sekali memaki studio untuk beberapa segmen eksteriornya, tapi tata pencayahaan dalam banyak adegannya sangat mengagumkan, seperti ketika Bruce Lee beraksi di jalanan dan gang kota. Rasanya dari sisi capaian teknis ini, seri keempat adalah yang terbaik.
Dengan pengembangan cerita yang agak memaksa, IP Man 4: The Final, rasanya bakal memuaskan para fansnya dengan sekuen aksinya, setting San Fransisco yang menawan, serta sosok Bruce Lee. Walau Donnie Yen mengatakan ini adalah seri penutup, bukan tidak mungkin kisah prekuel atau spin-off, sosok ini akan dimunculkan.
Yen sendiri pernah mengatakan hal yang sama ketika rilis seri kedua, namun faktanya? Siapa yang tak suka dengan sosok legendaris ini beraksi dan dengan karismanya Yen mampu menampilkannya dengan sempurna.
Dengan kekuatan akting sang pemain dan potensi kisahnya, seri ini sebenarnya masih sangat mampu untuk menghadirkan satu tontonan aksi yang berkelas dengan kisah menyentuh serta sisi humanis yang kuat.
Video
Codec: MPEG-4 AVC (29.00 Mbps)
Resolution: 1080p
Aspect ratio: 2.39:1
Original aspect ratio: 2.39:1
Audio
Cantonese: Dolby Atmos
Cantonese: Dolby TrueHD 7.1
English: DTS-HD Master Audio 5.1
SubtitlesEnglish, French, Mandarin (Simplified), Mandarin (Traditional)
Discs
Blu-ray Disc
Two-disc set (1 BD-50, 1 DVD)
DVD copy
Playback
Region A (B, C untested)
Ip Man 4: The Finale (2019) BluRay 480p 720p & 1080p Review Indonesia
Reviewed by tmv31
on
4/23/2020 12:41:00 PM
Rating:
Review & Free Download also Streaming Ip Man 4: The Finale (2019) BluRay 480p, 720p,& 1080p Subtitle Indonesia.
Tidak ada komentar:
no spam or will be deleted