22 Jump Street 2014
"Sekuel yang jauh lebih kocak dengan unsur bromantic yang juga jauh lebih kuat"
Plot
After making their way through high school (twice), big changes are in store for officers Schmidt and Jenko when they go deep undercover at a local college.
Directors: Phil Lord, Christopher Miller
Writers: Michael Bacall (screenplay), Oren Uziel (screenplay), »
Stars: Channing Tatum, Jonah Hill, Ice Cub
Genres: Action | Comedy | Crime
Country: USA
Language: English
Release Date: 18 June 2014 (Indonesia)
Language: English
Release Date: 18 June 2014 (Indonesia)
Review
Dari The A-Team, The Dukes of Hazzard sampai Miami Vice, adaptasi serial televisi populer 80′an ke layar lebar punya hasil bervariasi dan tentu saja penuh resiko, tetapi mungkin tidak ada yang menyangka ketika 2012 lalu adaptasi 21 Jump Street, serial yang juga pernah mengangkat nama Johnny Depp ternyata memberik kejutan ketika garapan duo Phil Lord dan Christopher Miller itu bisa melebihi semua ekpektasi skeptis banyak pihak. Apa yang dilakukan 21 Jump Street tidak hanya menambah lebih banyak kocek buat duet Columbia Pictures dan Metro-Goldwyn-Mayer sebesar 200 juta Dollar dalam peredarannya di seluruh dunia, namun versi layar lebarnya juga berhasil ‘merusak’ citra seorang Channing Tatum ketika ia dipasangkan dengan komedian Jonah Hill dalam sebuah sajian komedi action yang menyegarkan dari awal hingga akhir tanpa harus dibebani ekpektasi nostalgia.
Sekuelnya sendiri sebenarnya sudah direncankanan jauh-jauh hari, bahkan sebelum film pertamanya rilis, dan ketika 21 Jump Street meledak tentu saja seri keduanya yang diberi tajuk 22 Jump Street menjadi tak terhindarkan. Semuanya masih sama seperti dua tahuh lalu, masih ada Phil Lord dan Christopher Miller yang duduk di bangku penyutradaraan, masih ada Michael Bacall di departemen naskahnya yang kali ini dibantu oleh Oren Uziel dan Rodney Rothman, dan pastinya masih ada duo polisi geblek gereja Korea (kini gereja Vietnam) Schimdt-Jenko yang dimainkan Hill-Tatum di bawah komandan galak Kapten Dickson (Ice Cube).
Ketimbang menyebutnya sebagai penerus kesuksesan film pertama yang rilis dua tahun lalu, 22 Jump Street mungkin terasa lebih layak menyandang status sebagai silliness recycle yang berhasil menjalankan tugas beratnya tanpa harus mengorbankan “image” yang ia punya. Dengan budget hampir dua kali lebih besar tidak ada hal baru yang menonjol disini, tapi apakah itu sebuah keharusan dari sebuah sekuel? Tidak, karena hal tadi mampu ia tutup dengan sebuah hiburan identik yang masih sama menyenangkannya. 22 Jump Street, real-world version of The Lego Movie, random fun.
Setelah gagal menangkap drug dealers yang dipimpin Ghost (Peter Stormare), Deputy Chief Hardy (Nick Offerman) menempatkan kembali duo mispaired police, Morton Schmidt (Jonah Hill) dan Greg Jenko (Channing Tatum) untuk melakukan misi yang lebih mudah dan pernah mereka berhasil laksanakan dengan baik, melakukan aksi penyamaran untuk memecahkan sebuah misteri. Mereka kembali berada di bawah komando Captain Dickson (Ice Cube), yang kini sudah memindahkan tempat kerjanya ke 22 Jump Street, bahkan telah melakukan update pada Korean Jesus.
Schmidt dan Jenko naik level, masuk ke sebuah college bernama MC State dan menyamar sebagai saudara, bertugas untuk mencari WhyPhy, distributor dari narkoba mematikan yang diduga menjadi penyebab kematian seorang mahasiswi. Tapi ternyata aksi membaur mereka dengan para mahasiswa, Jenko yang langsung menjadi BFF pria bernama Zook (Wyatt Russell) karena keahliannya di football, dan Schmidt dengan wanita muda, Maya (Amber Stevens) lengkap dengan roommate yang selalu cemberut bernama Mercedes (Jillian Bell), ternyata menjadi penghalang bagi misi utama mereka.
Setelah gagal menangkap drug dealers yang dipimpin Ghost (Peter Stormare), Deputy Chief Hardy (Nick Offerman) menempatkan kembali duo mispaired police, Morton Schmidt (Jonah Hill) dan Greg Jenko (Channing Tatum) untuk melakukan misi yang lebih mudah dan pernah mereka berhasil laksanakan dengan baik, melakukan aksi penyamaran untuk memecahkan sebuah misteri. Mereka kembali berada di bawah komando Captain Dickson (Ice Cube), yang kini sudah memindahkan tempat kerjanya ke 22 Jump Street, bahkan telah melakukan update pada Korean Jesus.
Schmidt dan Jenko naik level, masuk ke sebuah college bernama MC State dan menyamar sebagai saudara, bertugas untuk mencari WhyPhy, distributor dari narkoba mematikan yang diduga menjadi penyebab kematian seorang mahasiswi. Tapi ternyata aksi membaur mereka dengan para mahasiswa, Jenko yang langsung menjadi BFF pria bernama Zook (Wyatt Russell) karena keahliannya di football, dan Schmidt dengan wanita muda, Maya (Amber Stevens) lengkap dengan roommate yang selalu cemberut bernama Mercedes (Jillian Bell), ternyata menjadi penghalang bagi misi utama mereka.
Tidak banyak yang berubah disini, Phil Lord dan Christopher Miller masih menggunakan rumus yang sama: plot yang ringan, dangkal, dan standard, alur yang dominan berisikan hal-hal gimmick disengaja, hal-hal konyol, bodoh, apapun itu sebutannya yang silih berganti hadir dengan liar dalam gerak cepat yang terkendali, hingga sedikit drama pada dua karakter utamanya dengan tema persahabatan. Yang menjadikan tumpukan materi tadi bekerja dengan baik adalah kemampuan dari Phil Lord dan Christopher Miller memberikan mereka waktu untuk beraksi dan mencuri atensi tanpa harus saling merusak satu sama lain, meskipun banyak diantaranya tampil dengan membawa kesan klise bahkan beberapa terasa hambar.
Ini yang aneh, kita tahu ini klise, kita tahu ini bodoh, kita juga tahu ini dangkal, tapi mereka tidak mengganggu kenikmatan petualangan yang mencoba tampil sedikit satir dan kini sedikit menggeser fokusnya itu. 22 Jump Street bukan sekedar berisikan aksi prosedurial polisi namun kini mencoba untuk menggambarkan persahabatan diantara dua senjata utamanya yang kini diputar posisinya itu, selalu diwarnai dengan aksi ejek baik menggunakan fisik maupun verbal dengan mengandalkan perbedaan diantara mereka dilengkapi dengan penggunaan split-screen yang kreatif, hadir dengan komposisi yang pas sehingga tidak terlalu lembek serta tidak menguras energi sektor fun lainnya, seperti adegan aksi.
Keseimbangan mungkin kata sederhana yang dapat mewakili alasan mengapa 22 Jump Street masih mampu menjadi sebuah komedi menyenangkan dibalik segala hal standard yang ia tawarkan. Tidak tampak rasa ragu pada eksekusi yang dilakukan oleh Phil Lord dan Christopher Miller pada materi yang mereka punya, sama halnya seperti The Lego Movie dimana mereka berhasil mencampur elemen kekanak-kanakan dengan lelucon cerewet, elemen yang bertugas sedikit memompa adrenalin, dan kemudian membungkusnya dengan sedikit unsur drama, saling bantu dalam struktur yang tertata dengan baik sehingga fokus penonton tidak pernah menghadap kembali kearah belakang untuk mencari hal-hal minus yang ia punya, terus menatap kedepan hingga kredit penutup yang ambisius itu hadir di layar.
Duet antara Channing Tatum dan Jonah Hill juga menjadi kunci lainnya. Chemistry mereka terasa kuat, seperti telah paham untuk saling mengisi dan membantu untuk menciptakan hubungan bromance yang lucu, gila, tapi juga hangat. Jonah Hill kembali tampil dengan standard yang ia punya, tapi yang menarik justru adalah Channing Tatum, aksi komik yang ia berikan tidak lagi kasar dan tampak mulai nyaman dengan peran yang ia miliki. Phil Lord dan Christopher Miller juga cerdik dalam memanfaatkan karakter pendukung, melekat di memori tanpa mengganggu karakter utama. Jawara nya adalah Ice Cube yang selalu mampu mencuri panggung utama ketika ia hadir, hal yang juga berhasil dilakukan oleh Jillian Bell dan Amber Stevens, begitupula dengan cameo dari Patton Oswalt dan Seth Rogen.
Tujuan sebuah film komedi adalah membuat orang tertawa, dan 22 Jump Street jelas mencapai tujuan tersebut dengan sempurna. Dengan humor-humor cerdas, walaupun terkadang absurd, namun tetap efektif dalam membuat penonton tertawa terbahak-bahak. Bahkan sudah sejak lama gue tidak tertawa se-ngakak itu ketika menonton sebuah film di bioskop. Jelas sebuah film yang sangat layak untuk ditonton sebagai hiburan semata bersama teman-teman tercinta.
Overall, 22 Jump Street adalah film yang memuaskan. Apakah ini jauh lebih besar dari film pertamanya? Tidak. Ketimbang menyebut 22 Jump Street sebagai sebuah penerus yang mampu memberikan banyak pergerakan positif dari pendahulunya, lebih menarik untuk mengapresiasi kemampuan Phil Lord dan Christopher Miller beserta tim miliknya untuk menjauhkan film ini dari jeratan buruk sebuah sekuel jika menilik sikap yang mereka tunjukkan sejak awal, dari rumus yang sama, plot yang sama, hingga pengulangan dan materi yang mayoritas sama. Identik, dan masih sama menyenangkannya.
Note : Jangan terburu-buru meninggalkan gedung bioskop karena 22 Jump Street memiliki salah satu end credits terbaik yang sebaiknya tidak Anda lewatkan begitu saja. Selain itu, sebuah post-credits scene di penghujung film pun layak dinanti karena sangat lucu.
Trailer 22 Jump Street 1080P
Video
Codec: MPEG-4 AVC
Resolution: 1080p
Original aspect ratio: 2.39:1
Audio
TBA
Subtitles
Indonesia, English
Discs
50GB Blu-ray Disc
Two-disc set (1 BD, 1 DVD)
UV digital copy
Digital copy
DVD copy
Packaging
Slipcover in original pressing
Playback
Region A (B, C untested)
22 Jump Street 2014 Blu-ray MPEG-4 AVC Review
Reviewed by gede
on
8/16/2019 11:24:00 AM
Rating:
22 Jump Street 2014 Blu-ray MPEG-4 AVC Review. After making their way through high school (twice), big changes are in store for officers Schmidt and Jenko when they go deep undercover at a local college.
Tidak ada komentar:
no spam or will be deleted